Mengkaji Hustle Culture yang dilakukan Pandji Pragiwaksono dalam konten "Work Life Trampoline"

Kelompol : Pulentilis
Bidang Kajian : Karir 

 

PENDAHULUAN

 

A.LATAR BELAKANG

Kemajuan teknologi adalah salah satu penyebab Hustle Culture berkembang, Smartphone yang kita miliki ini bukan hanya untuk berkomunikasi saja melainkan sebagai alat untuk bekerja. Dengan smartphone, seseorang dapat mengirim E-mail, melakukan presentasi, melakukan meeting dalam jaringan, dan juga berdiskusi tentang pekerjaan. Karena demikian, Hustle Culture lebih mudah untuk dilakukan, yaitu bekerja dengan sangat giat tampa kenal lelah dengan tujuan mencapai pangkat, karir dan finansial yang baik dikala umur masih muda.

Dizaman sekarang ini, Hustle Culture kerap dianut oleh anak muda sehingga banyak dari mereka yang mengutamakan bekerja keras, produtivitas dan finansial tampa memikirkan kesehatan mental, hubungan yang baik dengan orang lain dan juga kebahagiaan diri sendiri. Dampak buruk dari Hustle Culture salah satunya yaitu kehilangan Work Life Balance atau kehilangan keseimbangan hidup antara bekerja keras dengan kesibukan kehidupan pribadi sehingga karena kurang terpenuhinya kehidupan pribadi, banyak sekali dari mereka yang terganggu kesehatan mentalnya bahkan sampai stress.

Work Life Trampoline adalah konten atau jarkon yang dibuat oleh Pandji Pragiwaksono yang menurut dia pekerjaan dan kehidupan pribadi tidak harus balance, karena jika di cari balance-nya maka tidak akan fair atau tidak akan cukup untuk memenuhi kehidupan pribadi yang pastinya lebih sedikit waktu yang didapat dibandingkan dengan bekerja.

Dimulai dengan mencari pekerjaan yang disukai atau menyukai pekerjaan yang dilakukan. Dengan demikian, maka seseorang tidak lagi membutuhkan Work Life Balance karena dia sudah senang dengan pekerjaan yang dia lakukan. Ketika pekerjaan itu menyita banyak waktu atau bahkan pekerjaan itu dilakukan diluar waktu bekerja pada umumnya, seperti disaat malam hari, yang seharusnya untuk beristirahat tetapi harus melakukan revisi pekerjaanya, maka dia tetap senang untuk melakukanya dan tidak merasa kehidupan pribadinya terganggu. Bahkan menurut Pandji antara pekerjaan dan kehidupan pribadi itu sudah menjadi satu dan berlompat-lompatan di trampoline dan itu membuat orang tersebut tetap senang. 

Pandji Pragiwaksono membuat konten itu berawal dari tweet dia disaat jam 00.44 WIB dia mengirim pesan di WA kepada grup kerjaanya yang menjadi kontemplasi dia di twitter. “ngapain gua ngewhatsapp urusan kerjaan jam 00.44 di hari minggu”, saat itu banyak yang berkomentar dan mengatakan kalau dirinya tidak bisa menerapkan Work Life Balance. Dari situ Pandji mulai berpikir, bertanya-tanya dan ingin mendiskusikan kembali apa itu Work Life Balance di dalam kontenya yang berjudul Work Life Trampoline. Konten ini merupakan ketidaksetujuan Pandji pada Work Life Balance, karena dia bekerja dan memenuhi kehidupan pribadi yang lebur menjadi satu dan itu tidak masalah baginya dan membuat dirinya merasa hidup.

 

B.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

  1. Mengapa Pandji Pragiwaksono menerapkan budaya hustle culture dalam konten "Work Life Trampoline"
  2.   Apa yang Pandji Pragiwaksono lakukan dengan konten "Work Life Trampoline" sebagai influencer dalam memberikan dampak positif kepada masyarakat
  3. Bagaimana konten dari Pandji Pragiwaksono yang berjudul "Work Life Trampoline" dilihat dr perspektif semiotika?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah: untuk membantu memperkenalkan budaya kerja keras yang Pandji Pragiwaksono lakukan, beliau merupakan cerminan sosok yang memiliki mentalitas pemenang dan mengejar pekerjaan yang membuatnya bahagia setiap harinya.

 

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah Selain Work Life Balance, ada cara baru yakni pembaca juga mampu menerapkan Work Life Trampoline, yaitu pekerjaan merupakan bagian dari hidup dan hidup bagian dari pekerjaan yang menjadi satu dan melompat lompat seperti di dalam trampoline.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penanda dan Petanda (Signifier dan Signified) dari Ferdinand de Saussure

Kajian literatur dalam pembuatan kajian ilmiah